AaronSwartz Lyrics. Wonder Boys. Suatu Hari Lyrics. Sakit sakit yang ku rasakan dalam hatiku Apakah kau merasakan sakit yang aku rasakan Perih perih yang kau berikan dalam hidupku Tak sangg Lirik Lagu Pilihan Schoolboy Q. Kendrick Lamar Demigodz. Demigodz Is Back J. Kendrick Lamar Chamillionaire. Kirk Knight CunninLynguists. Phantasmata Mitha Talahatu. AaronSwartz Wonder Boys. Suatu Hari. Top Lirik Lagu Schoolboy Q.
Talib Kweli Justin Timberlake. JAY Z Avicii. You are commenting using your Facebook account. Notify me of new comments via email. Notify me of new posts via email.
LE Cell. Share this: Twitter Facebook. Like this: Like Loading Leave a Reply Cancel reply Enter your comment here Fill in your details below or click an icon to log in:.
Email required Address never made public. Name required. Follow Following. Game Online Terbaru. Sign me up. Already have a WordPress. Saya sering nginep di rumahnya Lupus. Sama keluarga lups, saking akrabnya, saya sudah dianggap Dan ke mana-mana, saya, Lupus, Gusur, dan Anto selalu bareng-bareng. Baik dalam suka dan duka. Kata Lupus, "Kebahagian kamu, Im, juga kebahagiaan saya. Penderitaan kamu, juga kebahagiaan saya. Di sini saya mau cerita tentang pengalaman saya waktu naik bis kemarin siang.
Gini, ceritanya waktu itu saya lagi berada di dalam bis kota yang sesak sepulang sekolah. Di bis, orang sudah serasa sarden. Ada yang berdiri, bergelantungan di tiang. Saya pun turut berdiri. Di sebelah saya, ada seonggok gadis manis yang juga bergelantungan. Dia merasa kerepotan sekali ketika ditagih ongkosnya oleh kondektur. Tangan yang satu asyik bergelantungan di tiang, sedang satunya lagi mendekap tasnya. Kalo dia melepas tangannya dari pegangannya, dia akan jatuh, tapi bagaimana dia bisa membayar ongkosnya?
Lagi pula cewek itu manis. Rugi dong kalo nggak ditolong. Saya pun menawarkan asa, "Eh, kak. Bagaimana kalo tiang gelantungannya itu saya pegangi dulu, biar kakak leluasa mengambil uang di tas?
Lho, apa salah saya? Karena saya udah bosen, maka diarynya sementara ditutup di sini dulu, ya? Kalo mau tau banyak tentang kita-kita, baca aja terus kisah lanjutannya From Tetangga with Love Boim kesal. Dia selalu bangun lebih telat dari ayam jagonya. Padahal dari dulu Boim sudah memendam dendam. Ingin bangun lebih pagi dan berkokok keras-keras mengagetkan si ayam jago.
Soalnya selama ini selalu aja ayam jagonya bangun duluan dan berkokok sekuat tenaga di bawah jendela Boim. Hingga Boim kaget setengah mati. Untung aja nggak jantungan. Kalo jantungan, mungkin Boim udah koit dari dulu. Bagusnya tu ayam dipotong aja. Dibikin sop. Tapi Boim nggak enak sama Lupus. Ayam itu kan pemberian Lupus waktu Boim ulang tahun beberapa minggu yang lalu.
Enggak usah nanyain tanggal yang tepat Boim ulang tahun deh. Sebab toh jarang dirayai. Nggak ada istimewanya. Menamakan ayam jagonya Abdul Choir. Padahal satu temen sekolah Lupus ada yang berjudul Abdul Choir. Tapi lepas dari ayam jagonya, si Boim belakangan ini sebetulnya lagi hepi.
Apa pasal? Itu, di belakang rumahnya, rumah yang dulu kosong, kini dihuni orang baru. Keluarga baru dengan anak gadisnya yang manis. Boim melihatnya ketika dia lagi asyik manjat pohon jambu belakang rumah. Matanya langsung kedap-kedip menatap gadis manis yang bersenandung pelan sambil menyiram bunga. Pegangannya pada batang pohon jambu mengendur, dan Boim terjerembab di atas rumput-rumput. Tapi apalah artinya rasa sakit sedikit dibanding rezeki yang baru didapatnya.
Bayangkan, bertetangga dengan seorang gadis manis. Siapa yang nggak senang? Mimpi pun Boim nggak berani. Ya, mungkin saja bagi kamu itu nggak terlalu istimewa. Tapi bagi Boim? Playboy cap duren tiga itu? Wah, merupakan nikmat yang tiada tara.
Yang tak terbeli dengan duit gocap sekalipun. Cuma, ketika Boim langsung berkaca di kamarnya, dia kembali dihadapkan pada kenyataan pahit. Kamu pasti belum tau, ya? Gini, setelah diselidiki oleh Boim sendiri, ternyata jam-jam ganteng Boim itu biasanya muncul pas jam 12 mitnait. Di luar jam-jam itu, ups, sori. Wajahnya kurang sedap dilihat, walaupun pernah juga menang juara satu waktu ikut festival mirip kandang bebek.
Jadi kan susah. Mana ada cewek yang bisa dikecengin di tengah malam buta begitu? Makanya, jarang ada yang tau kalo sebetulnya Boim itu ganteng.
Jarang ngecengin adiknya Lupus yang cakep lagi. Hobinya saban sore manjatin pohon jambu belakang. Mengintai, barangkali tu cewek nyiram kembang lagi. Sampai abah si Boim curiga, "Lo ngapain, Im, manjatin pohon jambu melulu? Pan buahnya udah pada abis? Lo mau ngintip orang mandi, ya? Percuma berangin ke abah yang nggak berjiwa muda lagi.
Tapi gadis itu nggak pernah kelihatan. Boim segera nyari akal. Gimana ya caranya agar bisa kenalan sama cewek itu? Papi udah kenalan sama tetangga baru di belakang rumah? Kenalan, yuk? Kirim-kirim makanan kek. Kan kita harus rukun, Pap, sama tetangga Pan mereka, sebagai tetangga baru yang harusnya duluan kemari? Pake kirim makanan lagi! Lo bisa makan seari tiga kali aja udah untung banget tuh. Sana nimba aer! Tapi pucuk dicinta ulam tiba. Sore besoknya ketika rumah lagi kosong, dan Boim lagi ngopi sendirian di teras, datang gadis itu sambil membawa baki berselimutkan serbet besar.
Boim terbelalak tak percaya. Yang punya rumah ada? Baru saja dia lagi ngelamunin cewek ini, tau-tau orangnya muncul Langsung menyambar, "Eee oa eo, kembalikan Baliku padaku. Eh, maksudku, akulah yang punya Bali Boim cengar-cengir senang. Saya mau ngirim makanan buat yang punya rumah. Disertai salam perkenalan dari keluarga kami yang baru pindah ke sini. Bapak- ibunya ke mana? Kalo gitu nitip aja, ya? Lalu hendak berbalik pulang.
Nggak ngupi-ngupi dulu? Saya harus nganterin makanan ke tetangga lainnya sih. Gadis itu melangkah ke luar halaman. Main-main ke rumah? Tawaran yang simpatik sekali. Boim langsung sejingkrakan girang. Lho, tapi, siapa nama cewek itu? Kebetulan, gadis itu sendiri yang membukakan pintu, dan langsung tersenyum manis bikin jantung Boim nyut-nyutan. Mereka ngobrol ngalor-ngidul.
Cerita tentang Abdul Choir, tentang pohon jambu, dan macem-macem. Gadis itu ternyata bernama Mia. Dan di rumah Mia kebetulan lagi ada ibunya doang.
Yang lain pada pergi. Boim dapat suguhan ketan. Bang Boim kurang sehati dengan musik murahan macam gitu. Kalo jazz, bolehlah. Atau paling tidak bossas. Mansyur S. Kemudian mereka mengobrol lagi, makin lama makin akrab. Nggak percuma Boim jadi playboy. Bsa langsung menarik simpati para gadis.
Saya mau ke belakang dulu, ya? Boim jadi tergiur ingin mencicipi. Tapi, ah, kalo enggak cuci tangan dulu, nanti suka lengket. Boim pun cari-cari wastafel untuk cuci tangan. Nah, itu. Di dekat dapur ada. Boim pun langsung menuju ke sana dan mencuci tangan di sana. Tepat saat ibunya Mia muncul dari dapur. Kok udahan makan ketannya? Udah kenyang? Terpaksa Boim tak berani menyentuk ketan itu secuil pun ketika ibu Mia menemani mengobrol.
Kamu dicariin Gusur tuh. Mau diajaki bonga- bonga. Lagi dipingit ya, buat dikawini? Langsung Lupus diceritai tentang tetangga belakang rumah. Tentunya dengan bumbu-bumbu penyedap. Orang tuanya setujua, tetangga merestui, cuma pembantunya yang kurang simpatik. Makanya saya cukup betah angkring di atas pohon jambu kalo Cuma mau ngecengin cewek kece.
Hati Boim langsung dag-dig-dug. Buru-buru Lupus diungsikan ke kamar. Kamu mendekam di kamar saya dulu deh, Pus. Kamu ngedekem di kamar saya dulu.
Ini demi kebaikan kamu juga. Lalu dengan paksa dimasukkan ke dalam kamar Boim, dan dikunci dari luar. Boim pun berjalan tenang ke luar. Menemui Mia. Dia emang sengaja ngumpetin Lupus, karena Boim takut, jangan-jangan Mia malah naksir Lupus. Soalnya pernah kejadian begitu. Mia yang berjalan memasuki pekarangan rumah Boim tersenyum, "Iya.
Nyari temen ngobrok, belum pada kenal. Mengganggu nggak, Bang? Tidak," ujar Boim semangat. Sementara Lupus dikunci di kamar, memaki-maki nggak keruan. Kasur Boim diacak-acak, dipakai buat main lompat-lompatan sampai kapuknya bertebaran. Bosan main kasur, Lupus mulai mengobrak-abrik kaset. Nyari lagu yang enak buat disetel.
Tapi dasar Boim, kasetnya dang-dutan semua. Terpaksalah Lupus memilih kaset favorit Boim : Sepiring Berdua, dan disetel keras-keras. Aduh, siapa tuh yang norak banget! Menggedor-gedor pintu kamar sekuat tenaga. Kecili dong! Kecilin dong! Malahan musiknya makin terdengar nyaring. Terpaksa Boim membuka kamar yang dia kunci dari luar. Tepat pada saat pintu berderit terbuka, Lupus menyerbu berlari keluar sambil berhaha-hihi.
Boim kaget, dan cuma bisa melongo waktu Lupus berlarian ke teras. Terpaksa dia yang mematikan lagu dang-dutnya. Di teras, ketika Lupus melihat Mia, barulah dia tau kenapa Boim tega ngunciin Lupus di kamar. Tapi Lupus cukup tau diri. Dia hanya tersenyum yang dibalas manis oleh Mia, lalu berjalan kalem menuju sepeda balapnya yang terparkir di halaman. Boim yang penasaran pengena ngejitak Lupus, tak sempat lagi menangkap bayangannya yang segera menghilang di balik rimbunan pohon seberang jalan.
Diam-diam Boim menarik napas lega, karena Lupus segera pulang. Yang wartawan Hai itu? Wah, Mia pengen kenal. Kenalin dong Dia orangnya norak. Nanti kamu ketularan. Dengar saja tadi, hobinya nyetel dang-dut keras-keras," jawab Boim cepat.
Biar tongkrongannya kaya gitu, masih suka musik dang-dut. Musik yang Mia sukai. Jarang lho ada cowok sekarang yang suka dang-dut. Kita kadang memang sulit menghargai musik kita sendiri Pagi itu dia menerima jawaban atas ajakannya nonton kemarin sore.
Setelah diteliti, ternyata Mia emang nggak punya acara nanti sore. Jadi kita bisa nonton. Jemput ya jam setengah tujuh. Salam manis, Mia. Tak percaya pada apa yang dia baca. Maka, siang itu merupakan hari yang paling panjang, yang paling menggelisahkan sekaligus paling menyenangkan dalam hidupnya.
Dengan atribut yang secara serabutan dia pinjem dari temannya. Kemeja dari Aji, jaket dari Lupus, sepatu dari Anto, celana panjang dari Gitu, dan Gusur tidak ketinggalan pula menyumbang celana dalamnya. Komplit sudah. Beberapa menit setelah itu, Boim kembali balik ke rumahnya dengan muka yang teramat kusut. Semua wanita adalah penipu!
Teriak batih Boim. Boim mulai percaya sama penyair Khalil Gibran yang pernah ngomong kalo para cewek itu mungkin bersembunyi di balik senyum sebagai cadarnya. Bagaimana tidak? Sudah jelas Mia janji bisa pergi dengannya sore ini. Tapi kenapa waktu Boim hampir sampai ke rumahnya, Mia nampak sedang memasuki mobil seorang cowok dan pergi meninggalkannya?
Boim frustrasi lagi. Pada saat yang sama, Mia juga sedang kesal mondar-mandir di teras rumahnya. Dandanannya sudah rapi jali. Lia, saudara kembarnya, baru saja pergi dengan mobil cowoknya. Dia mau nonton juga. Tapi, ke mana bang Boim-ku yang jelek? Kenapa belum datang juga? Tadinya kalo bang Boim datang agak awal, mereka bisa nebeng mobil pacarnya Lia sampai bioskop. Tapi Boim kelamaan, jadinya Lia berangkat duluan. Kini, sampai jam delapan, Boim belum juga muncul. Diam-diam Mia menangis di kamar.
Kenapa perjalanan cintanya nggak bisa semulus Lia, saudara kembarnya? Padahal mereka berdua punya wajah yang hampir tidak ada bedanya. Lia begitu mudah gonta-ganti cowok keren. Sedang Mia, bahkan untuk mendapatkan perjaka butut macam Boim pun tak bisa sukses. Hatinya begitu hancur lebur jadi debu. Masa playboy nggak pernah sukses pacaran. Tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu. Tempat Abdul Choir tidur nyenyak. Lalu dengan sekuat tenaga dia berkoko, sampai si Abdul Choir terpekik kaget.
Boim puas, dendamnya terbalas sudah Tapi Lulu belum pulang juga. Si Mami jelas kebingungan berat, seperti induk ayam kehilangan bulu. Biasanya paling telat, jam setengah enam, sudah muncul batang hidung si Lulu. Dengan bersiul-siul dang-dut atau ribut nyari duit gocapan buat nambah bayar becak. Kok dicariin? Lupus langsung kena jitak.
Lupus emangsuka keki sama adiknya yang satu ini. Soalnya si mami begitu kebingungan kalo Lulu pulang telat sedikit. Tapi giliran Lupus, wah nggak pulang seminggu juga nggak dicariin. Makanya, kalo kamu agak teliti, kamu pasti bisa menemukan bahwa Lupus ke mana-mana selalu bawa sendok. Sampai Lulu menegur, "Sendok ilang satu biji aja dicariin. Tapi kalo Lupus, anak sendiri, nggak pernah dicariin.
Lupus kan kalo lapar juga pulang sendiri. Tapi kalo sendok, mana bisa? Lulu Cuma cekikikan, ngebayangin gimana kekinya Lupus kalo denger ucapan si mami. Tapi kini Lulu yang ilang. Dan si mami lagi ribut-ribut nyariin. Siapa tau dia masih di sana. Soalnya kalo mau ke mana-mana, Lulu pasti bilang.
Mungkin di ke Kebun Binatang. Apa dia memang bilang ke kamu mau ke Kebun Binatang, Pus? Syukur-syukur kalo bener. Apa kamu senang kalo adikmu ternyata benar ke Kebun Binatang malam-malam begini? Gitu, lho. Yah, emang susah deh. Dan Lupus sudah menyangka, pasti dia yang kena getahnya disuruh keliling dunia nyari di mana Lulu berada.
Uh, emang nggak capek. Coba saja, kalo Lupus yang belum pulang, mana mungkin Lulu disuruh capek-capek mencari? Bener-bener nggak adil. Selalu mendapat yang terbaik. Harusnya kan malam-malam begini lebih enak nonton tipi sambil ngemil tahu goreng bikinan bibik. Atau beli siomai yang mangkal di tikungan jalan.
Daripada nyariin si centil Lulu yang nggak ketauan juntrungannya. Tu anak mungkin lagi enak-enakan sama teman-temannya, sementara di rumah orang-orang pada kebingungan.
Kan nanti juga pulang Coba kamu cari ke rumah Suli, atau siapa saja yang kamu tau," ujar si mami gelisah sambil sesekali menyibakkan gorden, mengintip ke luar jendela. Siapa tau Lulu datang. Di luar memang sudah gelap. Dan dengan menggerutu panjang pendek, Lupus mengeluarkan sepeda balapnya dari garasi. Dalam hatinya Cuma satu tekat, menjitak keras- keras kepala Lulu kalo ketemu nanti. Tu anak bikin susah aja. Kalo kepergiannya nggak bikin Lupus sibuk begini sih, terserah.
Tapi ini? Si mami juga terlalu cemas sih. Padahal namanya anak muda, wajar sih kalo sekali-sekali punya acara mendadak. Siapa tau ketika Lulu hendak pulang, ketemu cowok bermobil dan diajak jalan-jalan Yang beginian sih jelas nggak sehat! Lupus cemas sendiri. Soalnya Lulu itu, biar udah kelas satu esema, jiwa nekatnya masih gede banget. Pusar kepalanya aja ada dua. Pertanda anak yang nakal. Dan bagaimana kalo ternyata Lulu benar mau diajak oom-oom bermobil mewah keliling kota?
Atau malah ke Puncak? Lupus jadi mengerti, kenapa si mami jadi begitu cemas. Soalnya punya anak gadis memang paling repot ngejagainnya. Meleng dikit, kesambet. Dan kejadian oom-oom yang suka bawa anak gadis itu bukan kejadian bohong.
Lupus sering geliat, si Fifi diuber-uber oom-oom. Untung aja si Fifi tabah. Hanya oom yang ber-BMW aja yang diterima. Kebetulan tu anak lagi jajan bakso di depan rumah. Lupus ketawa, dan langsung memesan semangkuk.
Kemudian menyusul Suli duduk di dipan teras rumah. Kakinya diangkat, didekapkan ke dada biar terasa agak hangat. Malam ini memang dingin. Suli duluan melahap baksonya. Sesekali mulutnya mengap-mengap kepanasan. Buset, ni anak nggak sabaran betul kalo makan? Lupus pun membantu Suli mengipas-ngipas baksonya pake kertas yang ditemukan di dipan. Buset, hari Valentin udah kapan tau, masih disimpan juga kartunya. Pasti dari pacarnya Emang dia ganteng, ya? Kenalin dong, Pus. Soalnya bapaknya emang tukang pos hahaha Lupus mengambil mangkuk bakso yang disodorkan si abang.
Dingin-dingin begini memang paling enak makan bakso hangat. Beberapa saat kemudian, Suli beranjak pergi hendak mengambil minum. Es kelapa aja Emangnya restoran? Beberapa saat kemudian, Suli muncul lagi dengan sebotol air dingin di tangan. Kok nggak diajak?
Astaga, dia kan lagi disuruh nyari Lulu. Kok malah enak-enakan di sini? Lupus langsung bertanya sama Suli, apa Suli liat Lulu sepulang sekolah sore tadi? Saya nggak tau, Pus.
Tadi nggak barengan pulangnya. Lulu ngabur pas jam terakhir Lupus buru-buru pamit. Lalu menyambar sepedanya yang terparkir dekat tukang bakso. Langsung menghilang di balik tikungan jalan. Beberapa saat, entah kenapa, Lupus muncul lagi. Terengah-engah sambil berhenti di dekat Suli yang memesan semangkuk lagi. Cuma mau tanya. Kartu Valentin saya apa sudah sampai? Belum kok. Emangnya kamu ngirim?
Emang harus ngirim? Ternyata Lulu memang gawat. Sampai jam sembilan malam, tu anak belum nongol juga. Sebentar- sebentar mengintip ke jendela, atau maksain Lupus agar terus mencari Lulu sampai ketemu. Terpaksalah Lupus yang aturan sudah nyenyak bobo di tempat tidur, kini berngantuk-ngantuk-ria nyari si Lulu ke rumah teman-temannya. Tapi nggak ketemu juga. Beberapa kali sepeda balap Lupus hampir nyebur ke got, lantaran kantuk yang tak tertahankan. Lupus menoleh. Eh, siapa tuh, ada anak manis memanggil-manggil.
Buset, manis juga. Kamu lagi nyariin Lulu, ya? Di mana Lulu? Dia melompat turun. Dan Lulu pun nongol dari mobil gadis tadi. Langsung ketakutan ngeliat Lupus melotot ke arahnya. Gadis itu bersikap seolah melindungi Lulu. Jangan ngamuk- ngamuk dulu. Tadi pulang sekolah Lulu ke rumah saya. Janjian mau liat-liat koleksi boneka saya.
Tapi berhubung rumah saya jauh, di dekat Bogor, kita-kita pulangnya jadi rada telat. Maklumlah, keasyikan main.
0コメント